BANDA ACEH – Bumi Serambi Mekkah Selain dikenal dengan syariat islamnya, Bumi Serambi Mekkah juga dikenal dengan budaya dan adatnya. Terlebih juga dikenal dengan julukan Bumi Tanah Rencong, Hal ini bukan tanpa sebab, karena rencong merupakan salah satu senjata tradisional, sekaligus simbol perjuangan rakyat Aceh. Secara turun temurun, rencong dilestarikan oleh masyarakat.

Sejak masa Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam, pria Aceh terbiasa menyematkan rencong di pinggang mereka setiap kali berpergian. Selain karena untuk senjata, rencong juga akan meningkatkan wibawa pemiliknya.

Di Aceh, secara turun temurun, rencong juga terus dijaga kelestariannya. Hal ini bisa kita lihat dari adanya tiga desa yang khusus membuat rencong ini. Seperti di Desa Baet Lampuot, Desa Baet Masjid Mesjid, dan Desa Baet Meusagoe. Sebagian besar masyarakat di tiga desa ini paham benar cara membuat rencong.

Menariknya, warga desa – khususnya pria bisa membuat rencong tanpa harus belajar khusus, loh! Biasanya kemampuan untuk membuat rencong didapat hanya dengan cara melihat para orang tua bekerja membuat rencong saja. Oleh sebab itu, pembuatan rencong dilestarikan secara turun-menurun.

Sekarang, rencong sudah berbeda dengan masa rencong pada zaman dahulu, yang lebih digunakan sebagai senjata untuk mengalahkan musuh atau penjajah. Awalnya, rencong dibuat dengan besi khusus dan sangat kuat. Untuk membuat satu rencong pun membutuhkan waktu yang cukup lama, karena butuh keahlian mengolah besi yang ditempa hingga benar-benar menjadi senjata.

Kalau sekarang, rencong sudah tidak lagi berguna sebagai senjata. Jadi hanya dibuat dari besi biasa atau kuningan, karena fungsinya hanya untuk suvenir dan perlengkapan pakaian adat. Hal inipun berdampak pada proses pengerjaannya. Jika menggunakan bahan dasar kuningan, tidak perlu ditempa berlebihan.

Karena kuningan tinggal dilebur, lalu biasanya sudah ada cetakan khusus untuk membentuk rencong. (*)